Cover Inovasi
1649386075-rr2.PNG
1649386082-rr3.PNG
Visualisasi
Tidak ada Video yang di tambahkan
Asal Inventor

Provinsi

Jawa Tengah

Kab / Kota

Kab. Wonogiri

Kecamatan

Tirtomoyo

Desa / Kelurahan

Sendangmulyo

Kode Pos

57672

Nama Inventor
  1.   SURATI

Judul Inovasi

RATI RATAHAYU (RRH), IRCI DAN IRSI BENIH PADI UNGGUL WONOGIRI UNTUK NEGERI

Kategori Inovasi

AGRIBISNIS DAN KETAHANAN PANGAN

Deskripsi Inovasi

RATI RATAHAYU, IRCI DAN IRSI BENIH PADI UNGGUL WONOGIRI UNTUK NEGERI. Maksud penelitian ini adalah mendapatkan varietas padi unggul idaman petani (cocok dengan lokasi, pertumbuhan bagus, produksi tinggi, rasa enak, dan laku dijual). Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pemuliaan padi dengan cara persilangan benih padi yang biasa ditanam petani di Wonogiri (IR-64, Ciherang, Situ Bagendit, PP dan Mentik Wangi). Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah; a). Munculnya varietas-varietas padi baru yang spesifik lokasi khususnya untuk zona agroekologi di Kabupaten Wonogiri dan sekitarnya; b). Terpenuhinya kebutuhan bibit padi bagi petani sendiri, serta meminimalisir ketergantungan benih padi saat masa tanam tiba; c). Petani akan mampu berdikari dengan menghasilkan, menguasai dan mengontrol benih padi sendiri, sehingga slogan kedaulatan pangan benar-benar di tangan petani; d). Memperbanyak sumber genetik tanaman pangan khususnya padi. Hasil pemuliaan ini diperoleh tiga varietas yang bisa dikembangkan lebih lanjut yaitu: 1. Rati Ratahayu : perkawinan PP x Menthik Wangi 2. IRCI : perkawinan IR-64 x Ciherang 3. IRSI : perkawinan IR-64 x Situ Bagendit Keunggulan padi tersebut adalah ketahanan terhadap hama penyakit. Khusus untuk padi Rati Ratahayu memiliki rasa yang pulen dan wangi. Sedangkan untuk IRSI dan IRCI memiliki umur yang lebih pendek (80 hst); tahan rebah; bentuk padi yang kuning bulat (lebih disukai petani). Berdasar hasil perhitungan kami, hasil usahatani padi Rati Ratahayu (RRh) mencapai Rp. 20.440.000, atau lebih besar = Rp. 5.670.000 per masa panen/hektar dibanding dengan padi yang biasa ditanam petani di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan hasil penangkaran benih padi (RRh) mencapai Rp. 61.790.000 atau selisih Rp. 41.350.000 per masa panen/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi untuk konsumsi. Kata Kunci: Rati Ratahayu (RRh), IRCI, IRSI, Benih padi unggul Wonogiri, Pemuliaan Padi.
Spesifikasi Teknik:
Spesifikasi Teknik Ada 5 varietas utama (IR-64, PP, Ciherang, Situ Bagendit, dan Menthik Wangi) yang digunakan sebagai indukan dan pejantan, yang kemudian dikawinkan silang antar mereka. Varietas utama yang dikembangkan sengaja dipilih varietas unggulan Wonogiri, dengan kriteria : cocok dengan lokasi, pertumbuhan bagus, produksi tinggi, rasa enak, laku dijual. Proses pemuliaan ini berjalan hampir satu tahun (proses terlampir). Dari proses pemuliaan ini, ditemukan ada 10 varietas baru. Dari 10 varietas ini, hanya ada 3 varietas yang bisa dikembangkan. Pengembangan ini didasarkan pada: proses pertumbuhan bagus (selama uji coba), toleran terhadap hama penyakit, produksi tinggi dan rasa disukai oleh masyarakat. Tiga varietas itu adalah: 1. Rati Ratahayu : perkawinan PP x Menthik Wangi 2. IRCI : perkawinan IR-64 x Ciherang 3. IRSI : perkawinan IR-64 x Situ Bagendit Berikut ini deskripsi dan spesifikasi teknis dari ketiga varietas hasil pemuliaan tersebut diatas yang prospektif untuk dikembangkan dengan membandingkan deskripsi salah satu indukan yaitu IR 64 (tabel 1).
Keunggulan:
Keunggulan Benih Padi Rati Ratahayu, IRCI dan IRSI dengan padi lain Uji Multilokasi Setelah melewati dua MT uji coba di rumah kaca (laboratorium lapang petani), maka tiga varietas di atas mulai dikembangkan di lahan sawah (uji multilokasi). Uji multilokasi ini dikembangkan di wilayah sekitar uji coba, yaitu kecamatan Tirtomoyo, Baturetno, Batuwarno dan Nguntoronadi. Dari tiga varietas, dua varietas (IRCI dan IRSI) hasilnya cukup bagus, karena cocok untuk lokasi lahan kering (wilayah Wonogiri bagian selatan). Sedangkan varietas RR sangat disukai oleh petani di luar wilayah Wonogiri, karena rasa pulen dan wanginya (Karanganyar, Klaten, Sragen, Kebumen dan Purbalingga). Padi Rati Ratahayu Uji mulitilokasi di Kabupaten Wonogiri dilakukan sebanyak 11 kali sejak tahun 2011. Pertumbuhan bagus hal ini dapat dilihat dari batangnya yang relatif pendek (90 cm) dan kokoh, lebih besar dari IR 64. Padi RRh toleran terhadap hawar daun dan wereng batang coklat, juga penggerek batang padi. Produksi rata-rata 8 ton/ha. Direkomendasikan untuk ditanam dengan sistem organik/semi organik sehingga mengurangi pupuk N. Uji Multilokasi di Kabupaten Karanganyar dilakukan mulai dari F6 sejak tahun 2013. Rata-rata produksi 8 ton GKP/ha. Sedangkan uji multilokasi di Kabupaten Klaten dilakukan sebanyak 4 kali sejak tahun 2015. Produksi mampu mencapai 9 ton GKP/ha. Tidak kalah penting adalah rasa pulen dan wangi yang disukai konsumen membuat harga jual lebih mahal dibanding beras non aromatik. Padi IRCI dan IRSI Uji mulitilokasi juga dilakukan sejak tahun 2011. Pertumbuhan bagus hal ini dapat dilihat dari batangnya yang relatif pendek (80 cm) dan kokoh, lebih besar dari IR 64 sehingga tidak mudah rebah serta umur yang relatif pendek (80-85 HST). Padi IRCI dan IRSI toleran terhadap hawar daun dan wereng batang coklat, juga penggerek batang padi. Produksi rata-rata 7,5 ton GKP/ha. Direkomendasikan untuk ditanam dengan sistem organik/semi organik sehingga mengurangi pupuk N. Keunggulan IRSI adalah kenampakan warna gabah lebih kuning bersih dan bening dibanding dengan IRCI, sedangkan keunggulan IRCI adalah rasa lebih pulen dari IRSI. Padi ini cocok ditanam di semua masa tanam dan cocok dibudidayakan di lahan kering dengan sistem gora.
Penerapan:
enerapan Pada Masyarakat Selain kami tanam sendiri di kelompok wanita tani “Lestari Alam”, penangkaran benih juga dilakukan oleh organisasi tani (penangkar benih padi) di Kecamatan Baturetno dan Tirtomoyo. Latar belakang penangkaran di dua kecamatan tersebut adalah adanya kegiatan yang telah dilakukan oleh Gita Pertiwi (LSM Pendamping) bersama dengan BPSP Jawa Tengah dan beberapa LSM di Jawa, bekerjasma dengan WE (Word Education) sejak tahun 2007 mengembangkan SL Benih. Dari proses SL benih ini, maka di Kabupaten Wonogiri ada tiga organisasi tani yang mendapatkan ijin sebagai penangkar benih padi bersertifikat, yaitu Sari Pertiwi di desa Boto, Kecamatan Baturetno, Kahyangan Sri di desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo dan Paguyuban Lereng Selonjono di desa Setrorejo, Kecamatan Baturetno. Sampai saat ini ketiga kelompok tersebut aktif memproduksi benih padi (meskipun tidak berlabel) dan dikonsumsi untuk sendiri serta diperdagangkan kepada petani sekitar Wonogiri dan petani yang tergabung dalam ASPORI (Asosiasi Petani Organik Wonogiri). Benih yang kami produksi juga telah ditanam di Kecamatan Manyaran, dan beberapa kabupaten di Jawa Tengah diantaranya Kabupaten Karanganyar, Klaten, Sragen, Kebumen dan Purbalingga. Dari data yang kami peroleh petani suka menanam benih padi yang kami produksi kerena tahan terhadap penyakit dan rasa yang pulen dan wangi. Dari sisi ekonomi pendapatan petani juga meningkat. Perhitungan usaha tani padi di Kecamatan Tirtomoyo per hektar adalah sebagai berikut: 1. Biaya Modal (benih, pupuk dan pestisida) Rp. 4.160.000 2. Biaya operasional (persemaian pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian hama, panen dan pasca panen) Rp. 6.900.000 Total pengeluaran = Rp. 11.060.000 Pendapatan GKP 7000 kg Pendapatan GKG (susut 18%) 5740 kg dengan harga Rp.4.500/kg Total pendapatan = Rp. 25.830.000 Keuntungan Rp. 25.830.000 - Rp. 11.060.000 = Rp. 14.770.000 Apabila menanam padi RRh, potensi pendapatan: Pendapatan GKP 9000 kg Pendapatan GKG (susut 18%) 7390 kg dengan harga Rp.4.500/kg Total pendapatan = Rp. 33.210.000 Keuntungan Rp. 33.210.000 - Rp. 11.060.000 = Rp. 20.440.000 Sehingga keuntungan menanam padi RRh dibanding dengan padi yang biasa ditanam petani adalah: Rp. 20.440.000 – 14.770.000 = Rp. 5.670.000 per masa panen/hektar.